Wasiat Simbah kanggo iro

Foto saya
Aku adalah orang biasa yang kurang kerjaan nulis2 bginian, yang jelas gk ada yg istimewa ttg saya, wong ndesooo yang terlalu ktinggian cita citanya, Hehe... Klo blog ini ada mnfaatnya buat anda silahkan dimanfaatin, klo gk ada, Yaaah.. mau gmn lagi, sbaiknya anda tinggalin aja sebelum anda muntah dsini.. haha

Selasa, 03 Mei 2011

Kodok


KODOK PELOMPAT
Sekelompok kodok sedang berjalan-jalan melintasi hutan. Malangnya, dua di antara kodok tersebut jatuh kedalam sebuah lubang. Kodok-kodok yang lain mengelilingi lubang tersebut. Ketika melihat betapa dalamnya lubang tersebut, mereka berkata pada kedua kodok tersebut bahwa mereka lebih baik mati.
Kedua kodok tersebut mengacuhkan komentar-komentar itu dan mencoba melompat keluar dari lubang itu dengan segala kemampuan yang ada. Kodok yang lainnya tetap mengatakan agar mereka berhenti melompat dan lebih baik mati.
Akhirnya, salah satu dari kodok yang ada di lubang itu mendengarkan kata-kata kodok yang lain dan menyerah. Dia terjatuh dan mati.
Sedang kodok yang satunya tetap melanjutkan untuk melompat sedapat mungkin. Sekali lagi kerumunan kodok tersebut berteriak padanya agar berhenti berusaha
dan mati saja.
Dia bahkan berusaha lebih kencang dan akhirnya berhasil. Akhirnya, dengan sebuah lompatan yang kencang, dia berhasil sampai di atas.

Kodok lainnya takjub dengan semangat kodok yang satu ini, dan bertanya “Apa kau tidak mendengar teriakan kami?” Lalu kodok itu (dengan membaca gerakan bibir kodok yang lain) menjelaskan bahwa ia tuli. Akhirnya mereka sadar bahwa saat di bawah tadi mereka dianggap telah memberikan semangat kepada kodok tersebut.

Apa yang dapat kita pelajari dari ilustrasi di atas?
Kata-kata positif yang diberikan pada seseorang yang sedang “jatuh” justru dapat membuat orang tersebut bangkit dan membantu mereka dalam menjalani hari-hari.
Sebaliknya, kata-kata buruk yang diberikan pada seseorang yang sedang “jatuh” dapat membunuh mereka. Hati hatilah dengan apa yang akan diucapkan.

Apartemen Lantai 60

Apartemen Lantai 60
Ada satu keluarga yang mengontrak rumah dan akhirnya membeli sebuah apartemen di lantai 60. Apartemen itu memakan waktu sangat lama dalam pembuatannya. Kemudian, tibalah hari yang dinanti. Apartemen dambaan telah jadi dan selesai dengan baik. Dengan semangat dan antusias mereka membawa banyak barang-barang untuk mengisi apartemen mereka. Mereka membawa surat kabar, pakaian, mainan, makanan, kompor, lemari pakaian, tempat tidur, peralatan makan, televisi, alat musik, sabun, teropong, dan banyak sekali barang lain. “Nanti di atas, kita bisa nonton tv, main video game, masak terus makan masakan buatan sendiri, bisa bersantai sambil mendengarkan musik, bisa meneropong jauh, bersantai, mandi dulu, pokoknya enak deh…” demikian pikir mereka. Sesampainya mereka di sana, mereka menemui developer. Ternyata, apartemen itu baru setengah jadi dan lift belum terpasang. Mereka sangat kecewa dibuatnya. Mereka ingin pulang ke rumah lama mereka, tapi kontrak mereka sudah habis. Dengan sangat terpaksa, mereka harus tetap naik ke atas sana dan tinggal di dalamnya menggunakan tangga darurat. Mereka naik membawa semua barang mereka menggunakan tangga darurat. tangga demi tangga dilalui, mereka terus maju dengan semangat membara. Sesampainya mereka di lantai 25 mereka kelelahan, mereka makan dan minum dengan lahapnya. Lalu mereka melihat barang-barang mereka, semuanya utuh. Timbul sebuah pikiran untuk mengurangi barang bawaan mereka. Lalu mereka memutuskan untuk meninggalkan meja telepon dengan teleponnya. “Toh di atas kita tidak perlu telepon atau pesan apa-apa,” demikian menurut mereka. Di lantai 30 mereka tinggalkan baju, mainan dan lemari pakaian mereka. “Toh kita masih memakai baju.” Lalu mereka terus melaju ke lantai 35, mereka masih mengeluh dan memutuskan untuk meninggalkan barang mereka lagi yaitu televisi dan radio serta compo. “Soalnya kita tidak perlu nonton tv, toh acara dan lagu-lagu yang kita punya itu-itu saja.” Teruslah mereka melaju sampai lantai 45, rasanya masih berat dan tidak menyenangkan. Maka mereka tinggalkan kompor dan bahan makanan yang mereka bawa. “Toh tadi masih kenyang makan banyak.” Lalu, di lantai 55 teropong dengan tripod yang sangat besar mereka tinggalkan begitu saja. “Toh di atas mau lihat apa, belum jadi semua tower yang lain.” Sesampainya di lantai 60, mereka masuk dan menyadari yang mereka miliki hanya sebuah kasur. Tidak ada jalan lain, mereka hanya ingin tidur karena tidak ada pilihan lain. And so…. what’s the point? Mungkin Anda bingung kenapa perumpamaan ini sangat panjang. Perjalanan itu melambangkan kehidupan. Tiap lantai yang ada, melambangkan umur. Dan Anda adalah keluarga tersebut. Barang-barang tersebut adalah mimpi Anda, barang-barang tersebut adalah perlambang tindakan Anda. Di umur 25 Anda mulai bekerja dan memutuskan untuk fokus pada pekerjaan Anda, tanpa sadar Anda telah mengeliminasi banyak sahabat potensial. Di umur 30 Anda sudah tidak memperhatikan penampilan dan melupakan hobi Anda akibat sulitnya bersaing. Di umur 35 Anda mulai melupakan kesenangan yang Anda dambakan di hari tua akibat kenyataan bahwa tabungan Anda tidak mencukupi. Di umur 45 Anda berhenti makan makanan yang Anda sukai akibat terlalu banyak mengkonsumsi makanan di usia 25 yang mulai berdampak buruk di usia ini. Di umur 55 Anda benar-benar melupakan keinginan menikmati hari tua dengan memandang indahnya hidup dengan menikmati apa yang Anda lewati, Anda mulai kuatir dengan masa depan anak Anda. Di umur 60, Anda menyesal tidak banyak yang Anda dapat akibat tidak ada mimpi yang direalisasikan. Anda hanya ingin cepat tidur selamanya, karena Anda sudah tidak bisa lagi makan makanan enak, Anda tidak memiliki achievement yang bisa dibanggakan, Anda tidak punya siapapun yang menjadi sahabat Anda, Anda tidak bisa menikmati hobi Anda di masa muda, kesehatan badan mengkuatirkan. Hidup cuma datang sekali. Jadi pastikan, Anda akan berjuang untuk mencaoai mimpi-mimpi Anda! Jangan lepaskan, tapi usahakan. Jangan sampai kita kehabisan pilihan dalam menjalani hidup. Dreaming is a freedom, so free your dreams.

Istri yang Cerdas


Istri yang cerdas
Ada seorang ibu rumah tangga yang terganggu dengan ayam-ayam tetangganya. Ayam-ayam tersebut dibiarkan berkeliaran sehingga merusak pekarangan dan taman bunga di rumahnya.
Saat istri tetangganya diingatkan agar ‘mengandangkan’ ayam-ayamnya, wanita tersebut berkilah kalau itu adalah hak asasi ayam-ayamnya. “Mereka khan makhluk bebas, kejam sekali anda hendak mengandangkan ayam-ayam itu” ujarnya. Demikianlah kejadian ini berlangsung terus, dan meski diingatkan berulang-kali, tetangga itu mengabaikannya.
Meski kejadian ini cukup menyebalkan, tetapi ibu rumah tangga ini tidak mengomel saat suaminya pulang kerja. Hal inipun tidak dibawa saat pembicaraan di meja makan. Pikirnya “Suamiku tentu sudah lelah bekerja, untuk apa menambahi beban pikirannya dengan hal-hal semacam ini”.
Kemudian sang istri inipun terpikirkan suatu ide. Dia pergi ke pasar membeli telur. Dan pada malam hari saat tidak ada orang yang melihat, diam-diam dia menempatkan telur-telur tadi di beberapa tempat di pekarangannya.
Pagi harinya, saat tetangganya menjemur pakaian, sang istri ini keluar dengan membawa keranjang kecil. Sambil pura-pura tidak melihat tetangganya, dia mengambil telur-telur yang tadi malam disembunyikan dan menaruh di keranjangnya.
Keesokan harinya, semua ayam-ayam tersebut dikunci di kandang oleh tetangganya itu.
—————————————————————————————————–
Morale:
Seseorang mungkin pernah menyusahkan anda, entah itu tetangga, teman, rekan kerja, saudara, atau lainnya.
Yakinlah bahwa selalu ada solusi cerdas atas tiap permasalahan tersebut.
Seperti cerita diatas, tentu sangat berbahagia suami yang memiliki istri cerdas sepertinya.
Seperti halnya orang tua yang bangga memiliki anak yang cerdas, dan atasan yang senang memiliki anak buah yang cerdas.
Jadi, sudahkan anda memikirkan solusi cerdas atas permasalahan anda hari ini?

Cukup Itu Berapa

Cukup Itu Berapa?

Alkisah, seorang petani menemukan sebuah mata air ajaib. Mata air itu bisa mengeluarkan kepingan uang emas yang tak terhingga banyaknya. Mata air itu bisa membuat si petani menjadi kaya raya seberapapun yang diinginkannya, sebab kucuran uang emas itu baru akan berhenti bila si petani mengucapkan kata “cukup”. Seketika si petani terperangah melihat kepingan uang emas berjatuhan di depan hidungnya. Diambilnya beberapa ember untuk menampung uang kaget itu. Setelah semuanya penuh, dibawanya ke gubug mungilnya untuk disimpan disana. Kucuran uang terus mengalir sementara si petani mengisi semua karungnya, seluruh tempayannya, bahkan mengisi penuh rumahnya. Masih kurang! Dia menggali sebuah lubang besar untuk menimbun emasnya. Belum cukup, dia membiarkan mata air itu terus mengalir hingga akhirnya petani itu mati tertimbun bersama ketamakannya karena dia tak pernah bisa berkata cukup.

Doa Seorang Bocah

Doa seorang bocah
Seorang bocah yang sangat ingin melanjutkan sekolah,tetapi orang tuanya tidak mempunyai uang untuk membiayai sekolahnya. Lagipula ibunya yang sedang sakit membutuhkan biaya untuk membeli obat.
Akhirnya dia memutuskan untuk menulis surat kepada Tuhan :
Kepada Yth
Tuhan di Surga.
Tuhan yang baik, saya mau melanjutkan sekolah, tapi orang tua saya tidak punya uang. Ibu saya juga sedang sakit, mau beli obat. Tuhan saya butuh uang Rp 20.000 utk beli obat ibu, Rp 20…000 untuk membayar uang sekolah, Rp 10.000 untuk membayar uang seragam, dan uang buku Rp 10.000..  Jadi semuanya Rp 60.000*
Terima kasih Tuhan, saya tunggu kiriman uangnya.
Dari: Rio
*Rio pun pergi ke kantor pos untuk mengirim suratnya. Membaca tujuan surat tersebut, petugas kantor pos merasa iba melihat Rio, sehingga tidak tega untuk mengembalikan suratnya.. Bingung mau di kemanakan surat itu, akhirnya petugas pos itu menyerahkannya ke kantor polisi terdekat.*
*Membaca isi surat itu, Komandan polisi merasa iba dan tergerak hatinya untuk menceritakan hal tsb kepada anak buahnya. Walhasil, para polisi pun mengumpulkan dana utk diberikan ke Rio, tetapi dana yang terkumpul Hanya Rp 55.000,- *
*Sang Komandan pun memasukan uang yang terkumpul ke dalam amplop, menuliskan keterangan: “Dari Tuhan di Surga” dan menyerahkan ke anak buahnya utk di kembalikan ke Rio.
*Menerima uang tsb, Rio merasa sangat senang permintaannya terkabul, walaupun yang diterima hanya Rp 55..000,-. Rio pun bergegas mengambil kertas dan pensil, dan mulai menulis surat lagi.
“TUHAN LAIN KALI KALO MAU KIRIM UANG, JANGAN LEWAT POLISI, KARENA KALO LEWAT POLISI DI POTONG RP 5.000,- *
*Polisi: GUBRAKKKK…

Jembatan


Alkisah ada dua orang kakak beradik yang hidup di sebuah desa. Entah
karena apa mereka terjebak ke dalam suatu pertengkaran serius. Dan
ini adalah kali pertama mereka bertengkar demikian hebatnya. Padahal
selama 40 tahun mereka hidup rukun berdampingan. Saling meminjamkan
peralatan pertanian. Dan bahu membahu dalam usaha perdagangan tanpa
mengalami hambatan. Namun kerjasama yang akrab itu kini retak.
Dimulai dari kesalahpahaman yang sepele saja. Kemudian berubah
menjadi perbedaan pendapat yang besar. Dan akhirnya meledak dalam
bentuk caci-maki.

Beberapa minggu sudah berlalu, mereka saling berdiam diri tak
bertegur-sapa.
Suatu pagi, datanglah seseorang mengetuk pintu rumah sang kakak.
Di depan pintu berdiri seorang pria membawa kotak perkakas tukang
kayu.
Maaf tuan, sebenarnya saya sedang mencari pekerjaan,? kata pria itu
dengan ramah. ?Barangkali tuan berkenan memberikan beberapa pekerjaan
untuk saya selesaikan.?
Oh ya !? jawab sang kakak.
Saya punya sebuah pekerjaan untukmu.?
Kau lihat ladang pertanian di seberang sungai sana . Itu adalah rumah
tetanggaku, ah sebetulnya ia adalah adikku.
Minggu lalu ia mengeruk bendungan dengan bulldozer lalu mengalirkan
Airnya ke tengah padang rumput itu sehingga menjadi sungai yang
Memisahkan tanah kami.
Hmm, barangkali ia melakukan itu untuk mengejekku, Tapi aku akan
membalasnya lebih setimpal. Di situ ada gundukan kayu. Aku ingin kau
membuat pagar setinggi 10 meter untukku
Sehingga aku tidak perlu lagi melihat rumahnya. Pokoknya, aku ingin
melupakannya.
Kata tukang kayu, Saya mengerti. Belikan saya paku dan peralatan.
Akan saya kerjakan sesuatu yang bisa membuat tuan merasa senang.?
Kemudian sang kakak pergi ke kota untuk berbelanja berbagai Kebutuhan
dan menyiapkannya untuk si tukang kayu.
Setelah itu ia meninggalkan tukang kayu bekerja sendirian. Sepanjang
hari tukang kayu bekerja keras, mengukur, menggergaji dan memaku. Di
sore hari, ketika sang kakak petani itu kembali, tukang kayu itu baru
Saja menyelesaikan pekerjaannya. Betapa terbelalaknya ia begitu
melihat hasil pekerjaan tukang kayu itu. Sama sekali tidak ada pagar
kayu sebagaimana yang dimintanya.

Namun, yang ada adalah jembatan melintasi sungai yang menghubungkan ladang pertaniannya dengan ladang Pertanian adiknya.
Jembatan itu begitu indah dengan undak-undakan yang tertata rapi.
Dari seberang sana, terlihat sang adik bergegas berjalan menaiki
Jembatan itu dengan kedua tangannya terbuka lebar.
Kakakku, kau sungguh baik hati mau membuatkan jembatan ini. Padahal
sikap dan ucapanku telah menyakiti hatimu. Maafkan aku? kata sang
adik pada kakaknya.
Dua bersaudara itu pun bertemu di tengah-tengah jembatan, Saling
berjabat tangan dan berpelukan. Melihat itu, tukang kayu pun
membenahi perkakasnya dan bersiap-siap untuk pergi.
Hai, jangan pergi dulu. Tinggallah beberapa hari lagi. Kami
mempunyai banyak pekerjaan untukmu,pinta sang kakak.
Sesungguhnya saya ingin sekali tinggal di sini, kata tukang kayu,
tapi masih banyak jembatan lain yang harus saya selesaikan…

Perangkap Tikus

Perangkap Tikus
 Sepasang suami dan istri petani pulang kerumah setelah berbelanja.
 Ketika mereka membuka barang belanjaan, seekor tikur memperhatikan
 dengan seksama sambil menggumam “hmmm…makanan apa lagi yang dibawa
 mereka dari pasar??”
 Ternyata, salah satu yang dibeli oleh petani ini adalah Perangkap Tikus.
 Sang tikus kaget bukan kepalang. Ia segera berlari menuju kandang dan
 berteriak ” Ada Perangkap Tikus di rumah….di rumah sekarang ada
 perangkap tikus….”
 Ia mendatangi ayam dan berteriak ” ada perangkat tikus”
 Sang Ayam berkata ” Tuan Tikus…, Aku turut bersedih, tapi itu tidak
 berpengaruh terhadap diriku”
 Sang Tikus lalu pergi menemui seekor Kambing sambil berteriak.
 Sang Kambing pun berkata ” Aku turut ber simpati…tapi tidak ada yang
 bisa aku lakukan”
 Tikus lalu menemui Sapi. Ia mendapat jawaban sama. ” Maafkan aku. Tapi
 perangkap tikus tidak berbahaya buat aku sama sekali”
 Ia lalu lari ke hutan dan bertemu Ular. Sng ular berkata “
 Ahhh…Perangkap Tikus yang kecil tidak akan mencelakai aku”
  Akhirnya Sang Tikus kembali kerumah dengan pasrah mengetahui kalau ia
 akan menghadapi bahaya sendiri.
 Suatu malam, pemilik rumah terbangun mendengar suara keras perangkap
 tikusnya berbunyi menandakan telah memakan korban. Ketika melihat
 perangkap tikusnya, ternyata seekor ular berbisa. Buntut ular yang
 terperangkap membuat ular semakin ganas dan menyerang istri pemilik
 rumah. Walaupun sang Suami sempat membunuh ular berbisa tersebut, sang
 istri tidak sempat diselamatkan.
 Sang suami harus membawa istrinya kerumah sakit dan kemudian istrinya
 sudah boleh pulang namun beberapa hari kemudian istrinya tetap demam.
 Ia lalu minta dibuatkan sop ceker ayam oleh suaminya. (kita semua tau,
 sop ceker ayam sangat bermanfaat buat mengurangi demam) Suaminya dengan
 segera menyembelih ayamnya untuk dimasak cekernya.
 Beberapa hari kemudian sakitnya tidak kunjung reda. Seorang teman
 menyarankan untuk makan hati kambing. Ia lalu menyembelih kambingnya
 untuk mengambil hatinya.
 Masih, istrinya tidak sembuh-sembuh dan akhirnya meninggal dunia.
 Banyak sekali orang datang pada saat pemakaman. Sehingga sang Petani
 harus menyembelih sapinya untuk memberi makan orang-orang yang melayat.
 Dari kejauhan…Sang Tikus menatap dengan penuh kesedihan. Beberapa
 hari kemudian ia melihat Perangkap Tikus tersebut sudah tidak digunakan lagi.
 SO…SUATU HARI..KETIKA ANDA MENDENGAR SESEORANG DALAM KESULITAN
 DAN MENGIRA ITU BUKAN URUSAN ANDA…PIKIRKANLAH SEKALI LAGI.

http://hindrian.wordpress.com/perangkap-tikus/

Saling Mengahangatkan

Saling Menghangatkan
Seorang laki-laki berjalan di atas sebuah gunung yang diselimuti oleh salju, karena dingin disertai badai salju yang menusuk tulang, sepasang mata hampir tidak bisa dibuka. Laki-laki itu sudah lama berjalan, namun tetap tidak kelihatan ada jejak manusia.
Disaat itu, dari kejauhan tampak seorang petualang datang menghampirinya, dan secara otomatis dua orang itu akhirnya menjadi teman seperjalanan. Rasanya menjadi lebih tenang dengan adanya teman dalam perjalanan. Namun, untuk menghemat energi panas, hanya bisa diam seribu bahasa dan terus berjalan.
Di tengah perjalanan mereka melihat seorang laki-laki tua jatuh dalam gumpalan salju, kalau dibiarkan, orang tua itu pasti akan terkubur salju, dan mati kedinginan. “Kita bawa saja dia dan jalan bersama, tuan, tolong dibantu,” ujar pemuda itu. Mendengar usulan itu, dengan gusar rekannya berkata, “Cuaca yang buruk begini, untuk mengurus diri sendiri saja repot, mana bisa mengurus orang lain!” Petualang itu pun lalu pergi seorang diri.
Sang pemuda terpaksa seorang diri menggendong si kakek itu dan meneruskan berjalannya. Ia tidak tahu sudah berapa lama berjalan, tubuh dibasahi oleh keringat, dan di luar dugaan energi panas ini melumerkan tubuh kakek yang kaku kedinginan, dan secara berangsur-angsur kesadaran orang tua itu akhirnya pulih kembali. Suhu kedua orang itu menjadi penghangat yang saling memberi kehangatan, sehingga dengan demikian lupa akan cuaca yang dingin.
“Syukurlah kek, akhirnya kita sampai juga.” Ketika melihat perkampungan di kejauhan, dengan ceria laki-laki itu memberitahukan pada kakek yang digendongnya. Namun, setibanya mereka di persimpangan desa, terlihat kerumunan massa sedang membicarakan sesuatu. Sebenarnya apa yang telah terjadi?
Laki-laki itu berdesakan masuk di antara kerumunan massa dan begitu dilihat, ternyata seorang laki-laki tergeletak di atas gumpalan salju sudah meninggal dunia. Ketika dengan cermat mengamati jenazah laki-laki itu itu, ia benar-benar sangat terkejut, laki-laki yang meninggal kedinginan di atas salju yang tidak begitu jauh jaraknya dari desa itu ternyata adalah rekannya yang demi keselamatan diri sendiri lalu pergi terlebih dahulu meninggalkan mereka waktu itu.(erabaru.or.id)*

TUHAN ITU TIDAK ADA

TUHAN ITU TIDAK ADA

Seorang konsumen datang ke tempat tukang cukur untuk memotong rambut dan merapikan brewoknya. Si tukang cukur mulai memotong ram but konsumennya dan mulailah terlibat pembicaraan yang mulai menghangat. Mereka membicarakan banyak hal dan berbagai variasi topik pembicaraan, dan sesaat topik pembicaraan beralih tentang Tuhan.
Si tukang cukur bilang,”Saya tidak percaya Tuhan itu ada”. “Kenapa kamu berkata begitu ???” timpal si konsumen.
“Begini, coba Anda perhatikan di depan sana , di jalanan… untuk menyadari bahwa Tuhan itu tidak ada. Katakan kepadaku, jika Tuhan itu ada, Adakah yang sakit??, Adakah anak terlantar?? Jika Tuhan ada, tidak akan ada sakit ataupun kesusahan.
Saya tidak dapat membayangkan Tuhan Yang Maha Penyayang akan membiarkan ini semua terjadi.”
Si konsumen diam untuk berpikir sejenak, tapi tidak merespon karena dia tidak
ingin memulai adu pendapat.
 
Si tukang cukur menyelesaikan pekerjaannya dan si konsumen pergi meninggalkan tempat si tukang cukur. Beberapa saat setelah dia meninggalkan ruangan itu dia melihat ada orang di jalan dengan rambut yang panjang, berombak kasar (mlungker-mlungker- istilah jawa-nya), kotor dan brewok yang tidak dicukur. Orang itu terlihat kotor dan
tidak terawat. Si konsumen balik ke tempat tukang cukur dan berkata, “Kamu tahu, sebenarnya
TIDAK ADA TUKANG CUKUR.”
 
Si tukang cukur tidak terima,” Kamu kok bisa bilang begitu ??”. “Saya disini dan saya tukang cukur. Dan barusan saya mencukurmu!” “Tidak!” elak si konsumen. “Tukang cukur itu tidak ada, sebab jika ada, tidak akan ada orang dengan rambut
panjang yang kotor dan brewokan seperti orang yang di luar sana “, si konsumen menambahkan. “Ah tidak, tapi tukang cukur tetap ada!”, sanggah si tukang cukur. ” Apa yang kamu lihat itu adalah salah mereka sendiri, kenapa mereka tidak
datang ke saya”, jawab si tukang cukur membela diri. “Cocok!” kata si konsumen menyetujui. “Itulah point utama-nya!.
Sama dengan Tuhan, TUHAN ITU JUGA ADA ! Tapi apa yang terjadi… orang-orang TIDAK MAU DATANG kepada-NYA, dan TIDAK MAU MENCARI-NYA. Si tukang cukur terbengong !!!

Kunci Kekayaan

Penjara Kenikmatan
 
Dari jam mahal ditangannya sudah menunjukkan pukul 07.30 pagi, sementara sudah hampir 10 menit mobil sama sekali tidak bergerak  dan didepannya antrean mobil sedemikian panjang. Dari mobil mewah seri terbarunya Pak Hartawan,, seorang yang sangat kaya nampak gelisah. Sesekali badannya ditegakkan dan melongok ke depan. Sopir pribadinya pun mengamati dari spion tengah tentang kegelisahan sang Majikan. Dari sudut kanan depan tiba-tiba datang seorang wanita dengan pakaian sangat kumal. Wanita itu tidak memiliki tangan, sementara di pundaknya digantungkan sebuah tas untuk tempat recehan sedekah dari pengendara mobil.
’Jangan dikasih Man!, nanti kebiasaan”, perintah Pak Hartawan kepada Pardiman sopirnya.
Sopirnyapun pura-pura cuek dan sibuk mengetuk-ngetuk setir, sambil sesekali melirik dari sudut matanya. 3 Menit berlalu namun pengemis wanita itu tetap berdiri disamping mobil seakan-akan memang sangat berhasrat untuk mendapatkan sedekah.
”Ah dasar pemalas !, ya udah Man kasih aja recehan, biar cepet pergi!” sekali lagi Pak Hartawan memberikan perintah sambil memainkan gadget terbarunya.
”Nggak ada recehan Pak”, jawab Pardiman.
”Ya sudah, kasih aja uang pecahan yang paling kecil”, jawab Pak Hartawan.
Akhirnya Pardiman mengambil satu lembar lima puluh ribuan yang merupakan pecahan terkecil di kotak uang dibawah tombol AC.
Mendapatkan sedekah lima puluh ribu rupiah, pengemis wanita ini kegirangan, bukan main bahagianya, bahkan saking senangnya sampai lupa berterima kasih.
”Lihat tuh Man, dasar orang tak tahu diri sudah dikasih malah nggak bilang terima kasih. Bagaimana bisa menjadi orang bahagia kalau nggak pernah menghargai pemberian orang lain”.
Jalanan masih saja macet dan sudah lebih dari satu jam. Di samping kanan badan jalan, Pak Hartawan melihat pengemis wanita tadi sedang makan dengan lahap bersama 4 orang anak kecil. Wajahnya menampakkan gurat kebahagiaan yang tiada tara, sesekali dia melempar senyum senang sambil menatapi mobil yang sedang macet. Pak Hartawan melihat dengan mata nanar.
”Betapa bahagianya pengemis itu, hanya dengan lima puluh ribu rupiah dia bisa makan dan mungkin mentraktir 4 orang anaknya sambil tertawa dengan bahagia.”. Pak Hartawan melihat wajahnya sendiri di kaca spion tengah mobilnya.
”Apa kurangnya aku ini, aku berada dalam mobil mewah, tidak kepanasan. Di dompetku ada uang, ada ATM dengan saldo milyaran. Aku punya harta yang berlimpah ruah. Tapi sudah satu jam ini aku gelisah luar biasa, tidak ada satu hal kebahagiaanpun yang aku nikmati”.
Dilihatnya Pardiman yang sudah mulai terkantuk-kantuk namun tetap bersiul-siul kecil menyenandungkan lagu dangdut kesukaannya.
”Betapa mudah mereka untuk bahagia”.
Dari sudut di ruang hatinya terdengar bisikan
”Ternyata bahagia tidak ada kaitannya dengan kepemilikan. Mungkin bahagia adalah bagaimana kita memandang sesuatu dan belajar mensyukuri terhadap apa yang kita dapatkan dan menikmatinya”
Pak Hartawan tersenyum seakan menemukan sebuah kebahagiaan yang sederhana. Dibukanya pintu kaca mobil dan berteriak memanggil si pengemis wanita.
Setelah pengemis itu dekat dengan pintu mobil, Pak Hartawan mengambil dompet dan mengambil 5 lembar ratusan ribu, dia ingin melihat kebahagiaan yang lebih besar. Diulurkan uang 5 lembar kepada sang pengemis.
Pengemis itu justru mundur satu langkah dan berkata,
”Maaf Pak, kami sudah kenyang!”.
Selesai berujar pengemis itu pergi dan tidak menerima pemberian Pak Hartawan, dan dia melanjutkan kembali bercanda di seberang jalan dengan 4 orang anaknya. Membiarkan Pak Hartawan terbengong-bengong menyaksikan kesederhanaan sebuah kebahagiaan.

 

Kebanyakan dari kita akan menerima uang ratusan ribu tersebut untuk di simpan untuk besok atau keperluan yg lain….apakah pemikiran kedepan seperti ini yg membuat kita kurang ( kehilangan) rasa bahagia? atau rasa rakus dan tidak pernah cukuplah yg menggerogoti itu semua?

Sumber :  http://hindrian.wordpress.com/penjara-kenikmatan/