Wasiat Simbah kanggo iro

Foto saya
Aku adalah orang biasa yang kurang kerjaan nulis2 bginian, yang jelas gk ada yg istimewa ttg saya, wong ndesooo yang terlalu ktinggian cita citanya, Hehe... Klo blog ini ada mnfaatnya buat anda silahkan dimanfaatin, klo gk ada, Yaaah.. mau gmn lagi, sbaiknya anda tinggalin aja sebelum anda muntah dsini.. haha

Jumat, 28 Februari 2014

BELAJAR AGAMA TANPA GURU


BELAJAR AGAMA TANPA GURU



Boleh Belajar dari Buku, tapi hanya sebagai referensi / sepintas membaca saja tanpa di amal kan terlebih dahulu. Final nya nanti apabila sudah kita hadap kan dengan Ulama yg Haq Ilmu (yg SANAD & NASAB ilmu nya sampai kpd Rasulullah). Beliau lah (si Ulama tsb) nanti nya yang melurus kan manakala ada terdapat kekeliruan.
MANFAAT BERGURU adalah agar terhindar dari perkara-perkara yang SESAT & untuk mnghindari FITNAH.
Adapun fungsi…..
SANAD, yaitu mencegah manusia untuk berbicara semau nya / seenak Gue, atau bicara hanya berdasar kan dari kerangka otak nya doang.
DENGAN SANAD, maka Hal-hal yang d ajar kn Rasulullah, terjaga keaslian isi ilmu y, tanpa ada d kurangi atau di tambah-tambah (DI MODIFIKASI MANUSIA).
( “laula isnada ma qola sa’a ma sa’a” = jika tanpa isnad memang orang bisa berkata apa saja yg dikehendakinya. )
Belum ada dalam sejarah seorang ulama besar lahir dari belajar kepada buku saja. Ilmu adalah keahlian dan setiap keahlian membutuhkan ahlinya, maka untuk mempelajarinya membutuhkan muallimnya yang ahli.
Syaikh Bakr Abdullah Abu Zaid berkata, “Ini hampir menjadi titik kesepakatan di antara para ulama kecuali yang menyimpang.”
Ada ungkapan, “Barangsiapa masuk ke dalam ilmu sendirian maka dia keluar sendirian.” Syaikh Bakr berkata, “Maksudnya barangsiapa masuk ke dalam ilmu tanpa syaikh maka dia keluar darinya tanpa ilmu.”
Syaikh Bakr menukil ucapan ash-Shafadi, “Jangan mengambil ilmu dari shahafi dan jangan pula dari mushafi, lalu Syaikh Bakr berkata, “Yakni jangan membaca al-Qur`an kepada orang yang membaca dari mushaf dan jangan membaca hadits dan lainnya dari orang yang mengambilnya dari buku.”
Sebagian ulama berkata,
مَنْ لَمْ يُشَافِهْ عَالِمًا بِأُصُوْلِهِ
فَيَقِيْنُهُ فِي المُشْكِلاَتِ ظُنُوْنُ
Barangsiapa tidak mengambil dasar ilmu dari ulama
Maka keyakinannya dalam perkara sulit adalah dugaan
Abu Hayyan berkata,
يَظُنَّ الغَمْرُ أَنَّ الكُتُبَ تَهْدِي
أَخَا فَهْمٍ لإِدْرَاكِ العُلُوْمِ
Anak muda mengira bahwa buku membimbing
Orang yang memahami untuk mendapatkan ilmu
وَمَا يَدْرِي الجَهُوْلُ بِأَنَّ فِيْهَا
غَوَامِضَ حَيَّرَتْ عَقْلَ الفَهِيْمِ

Orang bodoh tidak mengetahui bahwa di dalamnya
Terdapat kesulitan yang membingungkan akal orang
إِذَا رُمْتَ العُلُوْمَ بِغَيْرِ شَيْخٍ
ضَلَلْتَ عَنِ الصِّرَاطِ المُسْتَقِيمْ
Jika kamu menginginkan ilmu tanpa syaikh
Niscaya kamu tersesat dari jalan yang lurus
وَتَلْتَبِسُ الأُمُوْرُ عَلَيْكَ حَتَّى
تَصِيْرَ أَضَلَّ مِنْ تُوْمَا الحَكِيْمِ
Perkara-perkara menjadi rancu atasmu sehingga
Kamu kebih tersesat daripada Tuma al-Hakim
Moga Bermanfaat…..

Sumber : http://yang-arif.blogspot.com/2012/07/belajar-agama-tanpa-guru.html

1 komentar:

  1. Alhamdulillaah, benar Saudaraku. Sangatlah berbahaya menafsirkan sendiri sesuai apa yang dia baca, baik itu kandungan makna al-Quran, makna hadits, ataupun menghafalkan dalil tanpa isnad. Sungguh benar ucapan seorang ulama Abdulloh bin Mubarok: "Adapun isnad adalah (termasuk) sebagian dari agama. Dan apabila tidak ada isnad, niscaya orang akan berkata apa saja yang dia kehendaki."
    Isnad adalah rantai penyampaian dari Nabi Muhammad s.a.w. kpd sahabat, lalu sahabat kpd A, lalu A kpd B, begitu seterusnya hingga sampai ilmu kepada kita persis seperti yang disampaikan oleh Nabi Muhammad s.a.w. baik dari segi lafal maupun konteks kejadiannya.
    Lihatlah efek buruk dari menafsir terjemahan lafal suatu dalil. Betapa hanya mengetahui sebatas lafal, sdgkn konteks kejadian hanya ditafsir dengan perkiraan logika dan angan2 sendiri akhirnya berujung pada kekeliruan penyampaian. Di samping juga tidak dianggap mendapatkan ilmu shg tdk dapat dijadikan dasar ibadahnya.
    Saudaraku sesama muslim di luar sana, mari kita menggali ilmu al-Quran dan hadits dengan berisnad dari guru yang juga mendapatkan ilmunya dengan berisnad, bukan dgn otodidak membaca2 tulisan orang yang dapat misinterpretasi karena tdk paham konteks kejadiannya. Dampak besarnya mungkin akan menimbulkan celaan lebih hebat dari para pembenci Islam sebab melihat kekeliruan dalam penyampaian kita. Relakah kita? Baarokallohu lii walakum

    BalasHapus